Senin, 01 Januari 2018

IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Penelitian
Masalah kepemimpinan adalah suatu hal yang urgen dalam suatu organisasi, tak terkecuali dalam lembaga pendidikan, kerena kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, semangat dan kekuatan moral yang mampu mempengaruhi anggota untuk mengubah sikap, tingkah laku kelompok atau organisasi menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin oleh interpersonal pemimpin terhadap anak buahnya.
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok . Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu; (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.2
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi, sebab pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta prilaku yang benar yang harus dilakukan secara bersama. Dia juga mampu membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, Sehingga pemimpin mempunyai kesempatan paling banyak untuk mengubah “jerami menjadi emas” atau justru sebaliknya bisa mengganti “setumpuk uang menjadi abu” jika pemimpin salah langkah.
Salah satu perubahan yang mendasar dalam organisasi pendidikan adalah sistem manajemen yang sentralistik diganti dengan sistem manajemen desentralistis melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Karakteristik yang melakat pada UU tersebut telah membawa implikasi terhadap manajemen pendidikan nasional. Implikasi tersebut diantaranya bahwa, setiap proses manajemen penyelenggaraan pendidikan nasional harus pula berlandaskan battom up approach, karena disamping organisasi dan manajemen pendidikan nasional harus accaptable bagi masyarakatnya, juga harus accountable dalam melayani public terhadap kebutuhan pendidikan. Karena itulah secara teoritis, keragaman itu akan memunculkan sinergisme yang didukung oleh keunggulan komparatif masing- masing daerah, dan bahkan masing-masing satuan pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikannya sesuai dengan semangat yang dituangkan pada visi dan misi kelembagaan. Hal ini pulalah yang menuntut perubahan berbagai komponen dalam organisasi dan juga gaya kepemimpinan. Artinya situasi yang tidak menentu penuh dengan perubahan dan ketidakpastian diperlukan seni dan keahlian dalam bidang kepemimpinan.
Kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan zaman yang penuh dengan perubahan. Kepemimpinan transformasional yang efektif yaitu pemimpin yang melihat dirinya sebagai agen perubahan, pemimpin berhati-hati dalam mengambil resiko, peka terhadap kebutuhan organisasi, fleksibel dan terbuka terhadap pelajaran dan pengalaman, mempunyai keterampilan kognitif dan memiliki visi yang mempercayai institusi mereka.
Sementara itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan penyelenggaraan pendidikan pada umumnya untuk memenuhi standar nasional pendidikan yang merupakan standar mutu minimal. Kecuali itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 ini juga mengamanatkan dikembangkannya satuan pendidikan bermutu internasional dan atau berbasis keunggulan lokal.
Secara khusus standar mutu pendidikan di Indonesia didasarkan pada ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal (2) yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan sarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian.
Terkait dengan mutu pendidikan, Bank Dunia menyatakan bahwa tuntutan terhadap sekolah bermutu dari masyarakat luas akan semakin tinggi; mencakup pada keefektifan, efesiensi dan akuntabilitas manajemen secara menyeluruh. Sehingga sekolah bermutu tentu dipimpin kepala sekolah yang mempunyai komitmen kuat terhadap peningkatan mutu. Kepala sekolah merupakan orang yang mangelola secara optimal semua sumber daya pendidikan.
Perkembangan penelitian terhadap organisasi sekolah mulai mengalami perkembangan cukup menarik. Penelitian pada bidang ini mulai merambah perspektif baru yaitu peran kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari dimensi kinerja sekolah. Artinya kepemimpinan kepala sekolah hendaknya juga memberi peran penting dalam meningkatkan kinerja sekolah.
Penjelasan di atas menunjukkan kuatnya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menciptakan sekolah yang efektif dan bermutu. Hal ini diindikasikan pada keefektifan organisasi, moral kerja dan produktivitas guru, dan juga prestasi siswa. Dari sinilah dipahami bahwa fungsi-fungsi kepala sekolah: sebagai administrator, pemimpin pembelajaran, dan manajer, menjadi intens pada tulisan tentang kekepalasekolahan.
Sebuah organisasi pada dasarnya akan selalu mengalami perubahan karena organisasi adalah sistem yang tebuka, yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya perkembangan di berbagai kehidupan masyarakat menuntut sebuah organisasi untuk selalu mernyesuaikannya. Lingkungan umum organisasi di masyarakat meliputi faktor-faktor teknologi, ekonomi, hukum, politik, kependudukan, ekologi, dan kebudayaan (A. Hasymi Ali, 2007;894). Perubahan yang direncanakan ini membutuhkan perhatian yang serius dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dan tantangan dari berbagai pihak. Demikian pula halnya dalam organisasi pendidikan selalu mengalami perubahan menuju sebuah organisasi yang efektif dengan meningkatkan kinerja organisasinya. Dalam hal kinerja organisasi, terutama di lembaga sekolah seringkali terjadi penurunan kinerja para staf yang  ada baik dari sisi tenaga administratif maupun tenaga edukatif. Misalnya saja dilihat beberapa hal antara lain: seringkali pegawai yang datang terlambat atau tidak tepat pada waktunya, tidak efektif penggunaan waktu untuk suatu penyelesaian pekerjaan, produktivitas kerja kurang, motivasi berprestasi rendah, kurang mampu beradaptasi dengan perubahan baik dalam metode kerja maupun fasilitas kerja yang baru, kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan program, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut tentu akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.
Beberapa tahun  terakhir, upaya pembenahan dan penyempurnaan kinerja organisasi khusus organisasi sekolah menjadi sesuatu hal yang sangat penting untuk segera dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan terhadap mutu  pendidikan sebagai konsekuensi langsung dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Dalam sistem persekolahan, lulusan merupakan fokus tujuan, lulusan berkualitas tidak mungkin terwujud tanpa proses pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu tidak mungkin tercapai tanpa adanya organisasi persekolahan yang tepat. Oleh karena itu untuk mewujuwujudkan kinerja organisasi yang tepat dan bermutu maka diperlukan adanya kepemimpinan yang memadai. Kepemimpinan tersebut harus mampu memotivasi atau memberi semangat kepada para stafnya dengan jalan memberikan inspirasi atau mengilhami kreativitas mereka dalam bekerja. Kepemimpinan sendiri tidak hanya berada pada posisi puncak struktur dalam organisasi pendidikan tetapi juga meliputi setiap tingkat dalam organisasi. Dalam kepemimpinan tersebut tentunya harus mendapatkan dukungan komitmen dan kerjasama dari berbagai pihak khususnya seluruh warga sekolah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan satu aspek yang penting dalam suatu organisasi sekolah.
Kepemimpinan merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya sehingga keberadaan pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya tidak menjadi masalah tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi (Aan Kom dan Cepi Triatna, 2006;40). Mengacu pada pendapat tersebut maka keberhasilan organisasi sekolah dalam mencapai tujuan yang ingin diraih sangat tergantung pada kepeminpinan kepala sekolah yaitu apakah kepemimpinannya mampu menggerakkan semua sumber daya yang dimiliki sekolah secara efektif dan efesien serta terpadu dengan proses  manajemen yang dilakukannya.
Kinerja organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap output pendidikan. Kinerja individu adalah dasar dari kinerja organisasi. Pemahaman mengenai perilaku individu menjadi sesuatu yang penting bagi seorang pemimpin. Pemimpin harus mengenal dengan baik sifat-sifat pribadi dan perilaku dari bawahnnya, dan mampu menggerakkan semua potensi dan tenaga anak buahnya seoptimal mungkin dalam setiap kegiatan kerjanya demi suksesnya sebuah organisasi. Menurut Gibson, dkk dalam Nunuk Adiarni (1996;13), beberapa faktor yang perlu diperhatikan kaitannya dengan perilaku individu dalam organisasi, antara lain : (1) karakteristik individu, dimana seorang pemimpin sebagai manajer tidak bisa mengabaikan perlunya memperoleh dan bertindak atas dasar karakteristik individu baik sebagai bawahan maupun sebagai diri mereka sendiri; (2) motivasi individu, dalam hal ini motivasi dan kemampuan berinteraksi individu menentukan kinerja organisasi; (3) imbal jasa dan penghargaan, dalam hal ini organisasi dapat menggunakan balas jasa untuk meningkatkan kinerja karyawan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini kinerja organisasi difokuskan pada kualitas kehidupan kerja dalam organisasi pendidikan. Kualitas kehidupan kerja mempunyai banyak arti yang berlainan. Salah satunya pendapat Hasymi Ali (2007;939) yang menjelaskan bahwa mutu kehidupan kerja merupakan demokrasi industri atau codetermination (penentuan bersama) dengan meningkatkan partisipasi pegawai dalam pengambilan keputusan formal organisasi. Lebih lanjut dalam kaitannya dengan organisasi sekolah, kualitas kehidupan kerja organisasi oleh Aan Komariah dan Cepi Tratna (2006;26) didefinisikan sebagai kinerja sekolah yang ditunjukkan oleh ukuran-ukuran tentang bagaimana warga sekolah merasakan hal-hal seperti pekerjaannya, kemanfaatannya, kepastiannya, keadilannya, kondisi kerjanya, kesan dari staf  terhadap atasannya, kolega kerjanya, peluang untuk maju, pengembangannya, keselamatan dan keamanannya, serta imbalan jasanya. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa kualitas kehidupan kerja sekolah sebenarnya adalah output atau hasil yang diharapkan yang bermuatan proses sistematis dan terpadu menata kehidupan kerja organisasi secara berkualitas. Kualitas kehidupan kerja adalah iklim yang baik yang berkembang di sekolah yang menjamin terjadinya sistem sekolah yang berprinsip share, care, dan fair. Dengan adanya iklim yang baik, memungkinkan staf bekerja dengan tenang, nyaman, dan bergairah.
Kualitas kehidupan kerja yang baik didukung oleh ketersediaan keuangan sebagai sumber fisik kesejahteraan personel dan moralitas personel yang berkualitas. Ketersediaan keuangan sekolah selain dapat dijadikan sumber kesejahteraan personel juga dapat membiayai program yang telah ditetapkan. Moralitas personel yang berkualitas menjamin berlangsungnya interaksi yang harmonis, emphatic, dan berada pada jalur moral yang ditetapkan agama, budaya, adat istiadat, etika, dan kesantunan (Aan Komariah dan Cepi Tri 2006;27). Kualitas kehidupan kerja sebagai ukuran kinerja organisasi yang baik ditandai dengan adanya kepuasaan kerja dari personel, tidak banyak keluhan, karier terakomodasi dan mudah mencapainya, tidak terjadi hambatan psikologis, komunikasi berlangsung secara emphatic, di samping adanya dukungan fasilitas kerja yang mudah dan fungsional. Kualitas kehidupan kerja menjamin martabat dan pertumbuhan manusia, yaitu bahwa pekerjaan adalah penting, tetapi memperhatikan “hati” para staf memiliki kedudukan yang utama dalam pelaksanaan kepemimpinan. Dalam praktiknya, manajemen menentukan cara kerja yang paling sesuai dan dibutuhkan para staf dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Cara kerja ini disepakati bersama bukan keputusan otoritatif pemimpin secara mandiri (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006;27). 
Dari gambaran umum tentang kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru dan karyawan SD Negeri 1 T..... di atas, peneliti merasa perlu lebih dalam meneliti tentang bagaimana pola kepemimpinan transformasional, apa yang menjadi indikator kepala sekolah SD Negeri 1 ..... untuk disebut sebagai pemimpin transformasional dan bagaimana implementasi pola kepemimpinan transformasional kepala sekolah SD Negeri 1 T..... dalam meningkatkan kinerja sekolah serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya.
            Keberadaan sebagai subyek dan obyek didik memerlukan perhatian tersendiri dari para pendidik itu sendiri. Dalam pembahasan tesis ini bahwa SD Negeri 1 T...... terdiri dari 6 kelas dan 6 rombel, yang terdiri dari 97 siswa dengan spesifikasi 46 siswa perempuan dan 51 siswa laki-laki. Bila dilihat dari kuantitasnya SD Negeri 1 ..... telah memiliki banyak prestasi.
             Berikut gambaran penilaian kinerja kepala sekolah di SD Negeri 1 T..... Kecamatan ...... disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1.1
Penilaian Kinerja Guru Sebagai Kepala Sekolah
No
Komponen
Kode
Skor Rata-rata
Nilai Kinerja
1.
Kepribadian dan Sosial
PKKS 1
4
84
2.
Kepemimpinan Pembelajaran
PKKS 2
4
3.
Pengembangan Sekolah
PKKS 3
3
4.
Manajemen Sumber Daya
PKKS 4
3
Sebutan
5.
Kewirausahaan
PKKS 5
3
Baik
6.
Supervisi Pembelajaran
PKKS 6
3
Total
20
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penilaian kinerja kepala sekolah di SD Negeri 1 T..... sudah baik, hal ini merupakan perwujudan dari kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah yang bermutu.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri 1 ..... dengan judul “Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Sekolah”, dengan fokus penelitian yaitu Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Sekolah di SD Negeri 1 ...... Tujuannya adalah memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan kepemimpinan transformasional kepala SD Negeri 1 T..... Kecamatan ..... Kabupaten ......

1.2         Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang “Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Sekolah SD Negeri 1 T..... Kecamatan ..... Kabupaten .....”.

1.3         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penelitian ini dapat difokuskan sebagai berikut:
1.    Bagaimana kepemimpinan transformasional?
2. Bagaimana implementasi kepemimpinan transformasional kepala SD Negeri 1 ..... dalam meningkatkan kinerja sekolah?
3.    Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan tantangan dalam mengimplementasinnya.

1.4         Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan transformasional

2.  Untuk mengetahui implementasi kepemimpina transformasional kepala SD Negeri 1 T..... dalam meningkatkan kinerja sekolah.
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendukung dan tantangan dalam mengimplementasikannya.

1.5         Kegunaan Penelitian
a.     Kegunaan Teoritis
1.  Walaupun penilitian ini bukanlah hal yang sempurna, namun peneliti yakin akan adanya hal-hal penting yang dapat memberikan masukan terhadap pengembangan ilmu kepemimpinan khususnya tentang kepemimpinan transformasional yang banyak diminati sebagai teori kepemimpinan yang unggul.
2.  Sebagai tambahan koleksi penelitian lanjutan tentang kepemimpinan transformasional yang masih hanya ada satu penelitian di SD Negeri 1 T......
b.    Kegunaan Praktis
1.    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi untuk penelitian         berkelanjutan tentang pola kepemimpinan transformasional.
2. Untuk membantu masyarakat akademisi khususnya calon pemimpin lembaga   pendidikan  SD Negeri 1 T..... dalam memperjelas teori kepemimpinan             transformasional.