BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Penelitian
Masalah kepemimpinan adalah suatu hal yang urgen dalam
suatu organisasi, tak terkecuali dalam lembaga pendidikan, kerena kepemimpinan
merupakan kekuatan aspirasional, semangat dan kekuatan moral yang mampu mempengaruhi
anggota untuk mengubah sikap, tingkah laku kelompok atau organisasi menjadi searah
dengan kemauan dan aspirasi pemimpin oleh interpersonal pemimpin terhadap anak
buahnya.
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan
dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para
anggota kelompok . Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu;
(1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut,
(2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota
kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, (3)
adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk
mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.2
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau
gagalnya suatu organisasi, sebab pemimpin yang sukses itu mampu mengelola
organisasi, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan
jalan serta prilaku yang benar yang harus dilakukan secara bersama. Dia juga
mampu membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, Sehingga pemimpin mempunyai kesempatan paling banyak untuk mengubah
“jerami menjadi emas” atau justru sebaliknya bisa mengganti “setumpuk
uang menjadi abu” jika pemimpin salah langkah.
Salah satu perubahan yang mendasar dalam organisasi
pendidikan adalah sistem manajemen yang sentralistik diganti dengan sistem
manajemen desentralistis melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah. Karakteristik yang melakat pada UU tersebut telah membawa
implikasi terhadap manajemen pendidikan nasional. Implikasi tersebut
diantaranya bahwa, setiap proses manajemen penyelenggaraan pendidikan nasional
harus pula berlandaskan battom up approach, karena disamping organisasi
dan manajemen pendidikan nasional harus accaptable bagi masyarakatnya,
juga harus accountable dalam melayani public terhadap kebutuhan
pendidikan. Karena itulah secara teoritis, keragaman itu akan memunculkan sinergisme
yang didukung oleh keunggulan komparatif masing- masing daerah, dan bahkan
masing-masing satuan pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikannya
sesuai dengan semangat yang dituangkan pada visi dan misi kelembagaan. Hal ini
pulalah yang menuntut perubahan berbagai komponen dalam organisasi dan juga
gaya kepemimpinan. Artinya situasi yang tidak menentu penuh dengan perubahan
dan ketidakpastian diperlukan seni dan keahlian dalam bidang kepemimpinan.
Kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan
zaman yang penuh dengan perubahan. Kepemimpinan transformasional yang efektif yaitu
pemimpin yang melihat dirinya sebagai agen perubahan, pemimpin berhati-hati
dalam mengambil resiko, peka terhadap kebutuhan organisasi, fleksibel dan
terbuka terhadap pelajaran dan pengalaman, mempunyai keterampilan kognitif dan
memiliki visi yang mempercayai institusi mereka.
Sementara itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan penyelenggaraan pendidikan pada
umumnya untuk memenuhi standar nasional pendidikan yang merupakan standar mutu
minimal. Kecuali itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 ini juga mengamanatkan
dikembangkannya satuan pendidikan bermutu internasional dan atau berbasis
keunggulan lokal.
Secara khusus standar mutu pendidikan di Indonesia
didasarkan pada ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagaimana tercantum
pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal (2) yaitu standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan sarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar
penilaian.
Terkait dengan mutu pendidikan, Bank Dunia menyatakan
bahwa tuntutan terhadap sekolah bermutu dari masyarakat luas akan semakin tinggi;
mencakup pada keefektifan, efesiensi dan akuntabilitas manajemen secara
menyeluruh. Sehingga sekolah bermutu tentu dipimpin kepala sekolah yang
mempunyai komitmen kuat terhadap peningkatan mutu. Kepala sekolah merupakan orang yang mangelola secara optimal semua sumber
daya
pendidikan.
Perkembangan penelitian terhadap organisasi sekolah mulai mengalami perkembangan cukup menarik. Penelitian pada
bidang ini mulai
merambah perspektif baru yaitu peran kepemimpinan kepala sekolah
dilihat dari dimensi kinerja sekolah. Artinya kepemimpinan
kepala sekolah hendaknya juga
memberi peran penting
dalam meningkatkan kinerja sekolah.
Penjelasan
di atas
menunjukkan kuatnya
peran kepemimpinan
kepala sekolah
dalam menciptakan sekolah
yang efektif dan bermutu. Hal ini diindikasikan pada keefektifan
organisasi, moral kerja dan produktivitas guru, dan juga prestasi
siswa. Dari sinilah
dipahami bahwa fungsi-fungsi
kepala sekolah: sebagai administrator, pemimpin
pembelajaran, dan manajer, menjadi intens pada
tulisan tentang kekepalasekolahan.
Sebuah organisasi pada dasarnya akan selalu mengalami perubahan karena organisasi adalah sistem yang tebuka, yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya perkembangan di berbagai kehidupan masyarakat menuntut
sebuah organisasi untuk selalu mernyesuaikannya.
Lingkungan umum organisasi di
masyarakat meliputi faktor-faktor teknologi, ekonomi, hukum, politik, kependudukan, ekologi, dan kebudayaan
(A. Hasymi Ali, 2007;894). Perubahan
yang direncanakan ini membutuhkan perhatian yang serius dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dan tantangan dari berbagai pihak. Demikian pula
halnya dalam organisasi pendidikan selalu mengalami perubahan
menuju sebuah organisasi yang efektif dengan meningkatkan
kinerja organisasinya. Dalam
hal kinerja organisasi, terutama di lembaga sekolah seringkali terjadi penurunan kinerja para staf yang ada baik dari sisi tenaga administratif maupun tenaga edukatif. Misalnya saja dilihat beberapa hal antara lain: seringkali pegawai yang datang terlambat atau tidak tepat pada waktunya, tidak efektif penggunaan waktu untuk suatu penyelesaian pekerjaan, produktivitas kerja kurang, motivasi berprestasi rendah, kurang mampu beradaptasi dengan perubahan baik dalam metode kerja maupun fasilitas kerja yang baru, kurang
berpartisipasi dalam pelaksanaan program, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut
tentu akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.
Beberapa tahun terakhir, upaya pembenahan dan penyempurnaan
kinerja organisasi khusus organisasi sekolah menjadi
sesuatu hal yang sangat penting untuk segera dilakukan. Hal ini disebabkan karena
adanya tuntutan terhadap
mutu pendidikan sebagai
konsekuensi langsung dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
begitu pesat. Dalam sistem persekolahan,
lulusan merupakan fokus tujuan, lulusan berkualitas tidak mungkin terwujud tanpa proses pendidikan yang
bermutu. Proses
pendidikan
yang bermutu tidak mungkin tercapai tanpa adanya organisasi persekolahan yang tepat. Oleh karena itu untuk mewujuwujudkan kinerja organisasi yang tepat dan bermutu maka diperlukan adanya
kepemimpinan yang memadai.
Kepemimpinan tersebut harus mampu memotivasi atau memberi semangat kepada para
stafnya dengan jalan memberikan inspirasi atau mengilhami kreativitas mereka dalam bekerja. Kepemimpinan sendiri tidak hanya berada pada
posisi puncak struktur dalam
organisasi
pendidikan tetapi juga
meliputi setiap
tingkat dalam organisasi. Dalam kepemimpinan tersebut
tentunya harus mendapatkan dukungan
komitmen dan kerjasama dari berbagai pihak
khususnya seluruh warga sekolah. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan
satu aspek yang penting dalam suatu organisasi sekolah.
Kepemimpinan
merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan
dan manajemen yang dilakukannya sehingga keberadaan pemimpin bukan
hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya
tidak menjadi masalah tetapi keberadaannya memberi dampak positif
bagi perkembangan organisasi (Aan
Kom dan Cepi Triatna, 2006;40). Mengacu
pada pendapat tersebut
maka keberhasilan organisasi sekolah dalam
mencapai tujuan yang ingin diraih sangat tergantung pada kepeminpinan kepala
sekolah yaitu apakah kepemimpinannya mampu menggerakkan semua sumber daya
yang dimiliki sekolah secara
efektif dan efesien serta terpadu dengan proses
manajemen yang dilakukannya.
Kinerja organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap output pendidikan. Kinerja individu
adalah dasar dari kinerja organisasi. Pemahaman mengenai perilaku
individu menjadi sesuatu yang penting bagi
seorang pemimpin. Pemimpin
harus mengenal dengan baik
sifat-sifat
pribadi dan perilaku dari bawahnnya, dan mampu menggerakkan semua potensi dan tenaga anak buahnya seoptimal
mungkin dalam setiap kegiatan kerjanya demi
suksesnya sebuah organisasi. Menurut Gibson, dkk
dalam Nunuk Adiarni (1996;13), beberapa faktor
yang perlu diperhatikan kaitannya
dengan perilaku individu dalam
organisasi,
antara lain : (1) karakteristik individu, dimana seorang pemimpin
sebagai manajer tidak bisa mengabaikan perlunya memperoleh dan bertindak atas dasar karakteristik individu baik sebagai bawahan maupun sebagai diri mereka sendiri; (2) motivasi individu,
dalam hal ini motivasi dan kemampuan berinteraksi individu menentukan kinerja organisasi; (3) imbal jasa dan penghargaan, dalam hal ini organisasi dapat
menggunakan
balas jasa untuk meningkatkan kinerja
karyawan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam tulisan
ini kinerja
organisasi difokuskan pada
kualitas kehidupan kerja dalam organisasi pendidikan. Kualitas
kehidupan kerja mempunyai banyak
arti yang berlainan. Salah satunya pendapat Hasymi
Ali (2007;939) yang menjelaskan bahwa mutu kehidupan
kerja merupakan demokrasi industri atau
codetermination (penentuan bersama) dengan meningkatkan
partisipasi pegawai dalam pengambilan
keputusan formal organisasi. Lebih
lanjut dalam kaitannya dengan organisasi sekolah,
kualitas kehidupan kerja organisasi oleh Aan Komariah dan Cepi Tratna
(2006;26) didefinisikan sebagai kinerja sekolah yang
ditunjukkan
oleh ukuran-ukuran tentang bagaimana
warga sekolah merasakan hal-hal
seperti pekerjaannya, kemanfaatannya, kepastiannya, keadilannya, kondisi
kerjanya, kesan dari staf terhadap atasannya, kolega kerjanya, peluang
untuk maju, pengembangannya, keselamatan dan keamanannya, serta imbalan jasanya. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa kualitas kehidupan kerja sekolah sebenarnya
adalah output atau hasil yang diharapkan yang bermuatan proses sistematis dan
terpadu menata
kehidupan kerja organisasi secara
berkualitas. Kualitas kehidupan kerja
adalah iklim yang baik yang berkembang di sekolah yang menjamin terjadinya sistem sekolah
yang berprinsip share, care, dan fair. Dengan adanya iklim yang baik, memungkinkan staf bekerja dengan tenang, nyaman,
dan bergairah.
Kualitas kehidupan kerja yang
baik didukung oleh ketersediaan keuangan
sebagai sumber fisik kesejahteraan personel dan moralitas personel yang berkualitas. Ketersediaan keuangan
sekolah selain dapat dijadikan sumber
kesejahteraan personel juga dapat membiayai program yang telah ditetapkan. Moralitas personel yang berkualitas menjamin berlangsungnya interaksi
yang harmonis, emphatic, dan
berada pada jalur moral yang ditetapkan agama, budaya,
adat istiadat, etika, dan kesantunan (Aan Komariah dan
Cepi Tri 2006;27). Kualitas kehidupan kerja
sebagai ukuran kinerja organisasi yang
baik ditandai dengan adanya kepuasaan kerja
dari personel, tidak banyak keluhan, karier
terakomodasi dan mudah mencapainya,
tidak terjadi hambatan psikologis, komunikasi berlangsung secara emphatic, di samping adanya dukungan
fasilitas kerja yang mudah dan fungsional. Kualitas
kehidupan kerja menjamin martabat dan pertumbuhan manusia, yaitu bahwa
pekerjaan adalah penting, tetapi memperhatikan “hati” para staf
memiliki kedudukan yang utama
dalam pelaksanaan kepemimpinan. Dalam
praktiknya,
manajemen menentukan cara kerja yang paling sesuai dan dibutuhkan para staf dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Cara
kerja ini disepakati bersama bukan keputusan otoritatif pemimpin secara
mandiri (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006;27).
Dari gambaran umum tentang kepemimpinan kepala sekolah,
kinerja guru dan karyawan SD Negeri 1 T.....
di atas, peneliti merasa
perlu lebih dalam meneliti tentang
bagaimana pola kepemimpinan
transformasional, apa yang menjadi indikator kepala sekolah SD Negeri
1 ..... untuk disebut sebagai pemimpin transformasional dan bagaimana
implementasi pola kepemimpinan
transformasional kepala sekolah SD Negeri 1 T..... dalam
meningkatkan
kinerja sekolah serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya.
Keberadaan sebagai subyek dan obyek didik memerlukan
perhatian tersendiri dari para pendidik itu sendiri. Dalam pembahasan tesis ini
bahwa SD Negeri 1 T...... terdiri dari 6 kelas dan 6 rombel, yang terdiri dari
97 siswa dengan spesifikasi 46 siswa perempuan dan 51 siswa laki-laki. Bila
dilihat dari kuantitasnya SD Negeri 1 ..... telah memiliki banyak prestasi.
Berikut
gambaran penilaian kinerja kepala sekolah di SD Negeri 1 T..... Kecamatan
...... disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1.1
Penilaian Kinerja Guru Sebagai Kepala Sekolah
No
|
Komponen
|
Kode
|
Skor Rata-rata
|
Nilai Kinerja
|
1.
|
Kepribadian dan Sosial
|
PKKS 1
|
4
|
84
|
2.
|
Kepemimpinan Pembelajaran
|
PKKS 2
|
4
|
|
3.
|
Pengembangan Sekolah
|
PKKS 3
|
3
|
|
4.
|
Manajemen Sumber Daya
|
PKKS 4
|
3
|
Sebutan
|
5.
|
Kewirausahaan
|
PKKS 5
|
3
|
Baik
|
6.
|
Supervisi Pembelajaran
|
PKKS 6
|
3
|
|
Total
|
20
|
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penilaian kinerja kepala sekolah di SD Negeri 1 T..... sudah baik, hal ini merupakan perwujudan dari kepemimpinan
kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah yang bermutu.
Berdasarkan uraian di atas
maka penelitian
ini akan dilakukan
di SD Negeri 1 ..... dengan judul “Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Sekolah”, dengan fokus penelitian
yaitu Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Sekolah di SD Negeri 1 ...... Tujuannya
adalah memperoleh data dan
informasi
yang
berkaitan
dengan kepemimpinan transformasional
kepala SD Negeri 1 T..... Kecamatan ..... Kabupaten ......
1.2
Fokus
Penelitian
Dalam penelitian ini,
peneliti akan melakukan penelitian tentang “Implementasi Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Sekolah SD Negeri 1 T..... Kecamatan ..... Kabupaten .....”.
1.3
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang penelitian di atas, penelitian ini dapat difokuskan sebagai
berikut:
1.
Bagaimana kepemimpinan transformasional?
2. Bagaimana implementasi kepemimpinan
transformasional kepala SD Negeri 1 ..... dalam meningkatkan kinerja
sekolah?
3.
Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan
tantangan dalam mengimplementasinnya.
1.4
Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan transformasional
2. Untuk mengetahui implementasi
kepemimpina transformasional kepala SD Negeri 1 T..... dalam meningkatkan kinerja sekolah.
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendukung dan tantangan dalam
mengimplementasikannya.
1.5
Kegunaan
Penelitian
a. Kegunaan
Teoritis
1. Walaupun penilitian ini bukanlah hal yang sempurna, namun peneliti
yakin akan adanya hal-hal penting yang dapat memberikan masukan terhadap pengembangan ilmu kepemimpinan khususnya tentang kepemimpinan transformasional yang banyak diminati sebagai teori kepemimpinan yang unggul.
2. Sebagai tambahan koleksi penelitian lanjutan tentang kepemimpinan
transformasional yang masih
hanya ada satu penelitian di SD
Negeri 1 T......
b. Kegunaan
Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi untuk penelitian berkelanjutan tentang
pola kepemimpinan transformasional.
2. Untuk membantu masyarakat akademisi khususnya
calon pemimpin
lembaga pendidikan SD Negeri 1
T..... dalam memperjelas teori kepemimpinan transformasional.